Entri Populer

Powered By Blogger

Rabu, 04 Januari 2012

Jurnal Pertanian

DILEMA SISTEM PERTANIAN di INDONESIA
Gunawan
Anggun Meilisa Dwi Puteri
Hendri Puji Faris L

ABSTRAK
Akhir-akhir ini sistem pertanian di Indonesia sedang menghadapi beberapa masalah, hal ini tercermin dari munculnya dilema atau pilihan yang membingungkan para petani di Indonesia. Petani di Indonesia dituntut untuk mampu menghasilkan produk pertanian dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat. Hal ini mendorong para petani untuk menggunakan pupuk anorganik untuk meningkatkan produksi usaha tani. Sedangkan saat ini kesadaran masyarakat akan bahaya pupuk kimia terhadap kesehatan sudah mulai terlihat. Hal demikian menyebabkan produk pertanian yang menggunakan bahan kimia mulai ditinggalkan. Disinilah letak dilema petani, yaitu dihadapkan pada tuntutan untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal, namun tanpa menggunakan bahan kimia dan juga dituntut untuk tetap menjaga kelestarian alam, sehingga lahan pertanian bisa dinikmati secara berkelanjutan.

Kata kunci : pertanian berkelanjutan, pupuk organik, pupuk anorganik


I.     PENDAHULUAN
Dewasa ini petani di Indonesia sedang mengalami masa-masa yang sulit dalam melaksanakan kegiatan pertanian yang mereka geluti. Kesulitan ini timbul ketika petani dihadapkan pada suatu pilihan yang sangat membingungkan mereka. Dilema tersebut muncul ketika petani dituntut untuk bisa menghasilkan produkpertanian dalam jumlah banyak, namun harus mempertimbangkan kualitas produk pertanian mereka.
Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang begitu cepat, mengakibatkan peningkatan jumlah bahan pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini, petani harus bisa menghasilkan bahan pangan yang mencukupi bagi semua masyarakat Indonesia. Salah satu cara untuk bisa menghasilkan jumlah bahan pangan dalam jumlah yang banyak adalah dengan menggunakan pupuk kimia dan pestisida sehingga produk pertanian bisa tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga bisa menghasilkan produk pertanian dalam jumlah yang banyak. Namun, dengan adanya pemanfaatan input luar (misalnya penggunaan pupuk, pestisida dan lain-lain) secara besar-besaran akan mengakibatkan kerusakan lingkungan dan sumberdaya yang tak bisa diperbaharui sehingga tidak menutup kemungkinan lahan pertanian di Indonesia hanya akan produktif saat ini saja, namun pada masa yang akan datang lahan pertanian di Indonesia tidak produktif lagi, sehingga Indonesia akan mengalami suatu masa dimana produk pertanian akan sulit didapatkan,sehingga tidak menutup kemungkinan ancaman kelaparan akan dihadapi Indonesia.
Disisi lain, perkembangan ilmu pengetahuan tentang pangan dan gizi, seakan membuka mata dan menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan pangan bukan hanya pada berapa banyak makanan yang dikonsumsi melainkan diukur dengan kualitas makanan yang dikonsumsi. Dengan adanya kenyataan yang seperti ini secara otomatis produk pertanian yang menggunakan pupuk anorganik dan pestisida mulai ditinggalkan karena bahaya residu yang dikandung produk pertanian tersebut yang membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengembangkan sistem pertanian organik, dimana dalam pelaksanaannya sistem pertanian ini sama sekali tidak menggunakan bahan kimia melainkan menggunakan bahan-bahan organi. Namun, sistem pertanian ini memiliki kelemahan karena jumlah produkpertanian yang dihasilkan jumlahnya relatif sedikit dibandngkan dengan sistem pertanian yang menggunakan pupuk anorganik dan pestisida, sehingga masih kurang efektif dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang jumlahnya sangat banyak.


II.  PEMBAHASAN
Apakah sebenarnya pertanian berkelanjutan itu? Apakah negara Indonesia sudah menerapkan sistem pertanian yang berkelanjutan? Kenepa Indonesia harus menerapkan sistem pertanian yang berkelanjutan? Mungkin itu pertanyaan yang sering didengar saat ini, karena permasalahan yang sedang dihadapi sistem pertanian di Indonesia. Pada dasarnya pertanian di Indonesia menghadapi empat masalah dan tantangan besar, diantaranya:
1.      Berkurangnya lahan subur untuk usaha pertanian;
2.      Meningkatnya kebutuhan hasil pertanian khususnya beras;
3.      Menurunnya produktivitas lahan sawah akibat faktor lingkungan dan intensivitas pemanfaatan masa lalu, dan
4.      Berkurangnya minat generasi muda untuk bekerja di sektor pertanian.
Untuk mengatasi masalah Pertanian tersebut maka usaha yang dilakuakan adalah dengan menerapkan sistem pertanian  berkelanjutan, yaitu pertanian dengan konsep back to nature, yakni sistem pertanian yang tidak merusak, tidak mengubah, serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Jadi pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang peduli akan keberlanjutan lahan pertanian, sehingga lahan pertanian tidak hanya dinikmati pada masa sekarang saja, melainkan bisa dinikmati dimasa yang akan datang. Konsep pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) dinegara kita sampai saat ini masih belum jelas implementasinya, meskipun secara konseptual  telah diakomodir dalam UU no. 12 tahun 1992  tentang budidaya tanaman.  Fakta dilapangan masih terkesan lemah dan kontradiktif .  Hal ini terlihat dari program pertanian yang masih sebatas wacana.  Dalam produksi pangan misalnya paket teknologi masih didominasi oleh teknologi revolusi hijau, yaitu masih banyak produk pertanian yang menggunakan pupuk anorganik, sehingga lahan pertanian di Indonesia mengalami berbagai gejala yang merugikan keberlanjutan sistem pertanian. Sejak tahun 1960 pola pertanian intensif dengan teknologi maju mulai diadopsi secara meluas dinegara-negara Asia.  Teknologi tersebut dikenal dengan istilah revolusi hijau (green revolution).  Di Indonesia revolusi hijau memang mampu meningkatkan produksi pangan, khususnya padi secara spektakuler, namun keberhasilan tersebut harus dibayar mahal oleh masyarakat dimasa sekarang. Dampak peratnian masa lalu  diantaranya masalah kerusakan ekosistem, marjinalisasi petani kecil dan buruh tani, rendahnya tingkat pendapatan petani, ketidak mandirian petani dan kelompok tani, rendahnya mutu produk pertanian. Masalah tersebut bila tidak segera diselesaikan akan menimbulkan dampak yang lebih besar dan lebih parah lagi. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan konsep pertanian berkelanjutan. Sistem pertanian ini ditunjukan dengan beberapa ciri-ciri, diantaranya :
1.      Lebih banyak biomassa yang digunakan atau dikomposkan, sehingga tidak bergantung pada pupuk kimia;
2.      Biota tanah diperbaiki, serangan hama dan penyakitpun menurun;
3.      Penambangan hara dibatasi, penyematan N2 dilaksanakan apabila memungkinkan;
4.      Produksi dipertahankan atau ditingkatkan, dan
5.      Diversifikasi diperluakn untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani.
Selain kelima ciri tersebut, yang sangat erat kaitannya dengan konsep pertanian berkelanjutan adalah tidak menggunakan bahan kimia ataupun pupuk kimia, melainkan menggunakan pupuk organik atau kompos. Pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan sisa mahluk hidup, bahan-bahan sisa tersebut bisa berupa daun-daunan, kotoran hewan ternak, atau bahkan limbah hasil aktivitas manusia. Bahan-bahan tersebut dijadikan kompos dengan diolah sedemikian rupa dan ditambahkan berbagai zat perangsang pertumbuhan mikroba yang akan menguraikan bahan-bahan organik tersebut sehingga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Dengan kata lain pupuk organik adalah bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Selain menambah unsur makro dan mikro didalam tanah, pupuk organik inipun terbukti sangat baik dalam memperbaiki struktur tanah pertanian.
Secara spesifik, kelebihan dari penggunaan pupuk organik, diantaranya sebagai berikut:
1.      Memperbaiki struktur tanah;
2.      Menaikan daya serap tanah terhadap air;
3.      Menaikan kondisi kehidupan didalam tanah, dan
4.      Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman.
Dari penjelasan mengenai kelebihan pupuk organik tersebut, pupuk organikpun memiliki kekurangan, diantaranya hasil dari produksi pertanian jumlahnya  jauh berbeda dibandingkan dengan produk pertanain yang menggunakan pupuk anorganik, jumlah produk pertanian yang menggunakan bahan organik jauh lebih sedikit dibandingkan dengan produk pertanian yang menggunakan pupuk anorganik. Pada tahun 1987, World Commission on Environtment and Development (WCED) menyerukan perhatian pada masalah besar dan tantangan yang dihadapi dunia, jika kebutuhan panagan saat ini dan mendatang harus terpenuhi, dan perlunya suatu pendekatan baru untuk pengembangan pertanian.
“Pada akhir abad ini, sekitar 1,3 miliar manusia akan bertambah... sistem pangan dunia harus dikelola untuk meningkatkan produksi pangan sebesar 3 sampai 4 persen per tahun, karena kemanan pangan dunia  akan tergantung bukan hanya pada peningkatan produksi dunia, tetapi juga pada pengurangan distorsi dalam struktur pasar pangan dunia dan pada pergeseran fokus produksi pangan di negara, daerah, dan keluarga yang kekurangan pangan .... pergeseran dalam produksi pertanian ini akan terus berlanjut hanya jika basis sumber dayanya ... dipertahankan, ditingkatkan, dan dimana basis sumber daya yang telah hilang atau hancur, dipulihkan kembali” (WCED, 1987:128).
 “Sistem pertanian yang dikembangkan selama beberapa dekade yang lalu telah memberikan kontribusi besar pada penghapusan kelaparan dan peningkatan standar hidup. Sistem itu telah mencapai tujuannya pada suatu titik, namun dibangun untuk tujuan dunia yang lebih kecil dan sepotong-sepotong. Kenyataan baru menunjukan kontardiksinya. Kenyataan itu memerlukan sistem pertanian yang memberikan fokus sebanyak perhatian yang diberikan orang pada teknologi , sumber daya produksi, jangka panjang, dan jangka pendek. Hanya sistem tersebut yang dapat menghadapi tantangan pada masa mendatang” (WCED, 1987:144).
Dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pertanian yang berkelanjutan sangat bermanfaat bagi kehidupan dimasa yang akan datang, dibuku lain menunjukan bahwa hasil pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia jumlah hasil produksinya relatif sedikit dibandingkan dengan produk pertanian yang menggunakan pupuk kimia. Karena kandungan nitrogen, phospor, kalium pada pupuk organik lebih sedikit dibandingkan dengan pupuk anorganik. Seperti yang kita ketahui bahwa ketiga unsur tersebut merupakan unsur terpenting yang berfungsi sebagai penyubur tanaman dan meningkatkan hasil pertanian. Namun walaupun pupuk organik kandungan unsur nitrogen, phospor dan kaliumnya sedikit tapi memiliki keunggulan dalam kandungannya, yaitu mengandung semua unsur yang dibutuhkan tanaman baik unsur mikro maupun unsur makro. Dengan adanya kenyataan yang seperti itu, menempatkan petani pada pilihan yang sangat membingungkan, disisi lain petani ingin mempertahankan sistem pertanian yang menggunakan bahan kimia karena lahan pertanian sudah kecanduan bahan kimia, selain itu juga petani menginginkan agar hasil pertanian mereka tetap meningkat, namun disisi lain petani dituntut untuk tidak menggunakan bahan kimia, karena dianggap sebagai penghambat kebeberlanjutan pertanian dunia.
Karena Indonesia merupakan salah satu negara yang lahan pertaniannya telah mengalami kecanduan terhadap bahan kimia, maka sangat sulit untuk menghilangkan kebiasaan petani yang telah terbiasa dengan penggunaan bahan kimia tersebut, sehingga tidak mungkin sistem pertanian tersebut secara  tiba-tiba dirubah begitu saja karena petani akan terkejut ketika melihat hasil pertaninnya yang biasanya menggunakan bahan kimia menghasilkan hasil yang maksimal, namun setelah menggunakan bahan organik hasil produksinya menurun derastis. Salah satu cara untuk merubah pola pertanian yang menggunakan bahan kimia menuju pertanian yang organik yang tidak menggunakan bahan kimia adalah dengan mengkombinasikan antara pertanian anorganik dengan pertanian organik, sehingga proses munuju pertanian yang berkelanjutan bisa tercapai, walaupun dengan cara perlahan-lahan namun sedikit demi sedikit proses menuju pertanian yang berkelanjutan akan bisa terwujud.


III.   PENUTUP
a.         Simpulan
Masalah pertanian yang dihadapi petani Indonesia saat ini merupakan masalah serius yang memerlukan penanganan yang tanggap dari semua pihak, bukan hanya dari petani saja melainkan dari semua lapisan masyarakat yang ada di Indonesia karena untuk mencapai pertanian yang berkelanjutan membutuhkan waktu yang lama karena lahan pertanian kita sudah mengalami kecanduan terhadap bahan kimia dan mengalami penurunan tingkat kesuburan tanah sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali pada pola pertanian yang organik atau pola pertanian yang tidak menggunakan bahan kimia, selain itu juga dibutuhkan kerjasama yang saling menguatkan antar pihak.
b.        Saran
Untuk mencapai suatu pola pertanian yang berkelanjutan maka dibutuhkan usaha keras untuk mencapainya dan juga membutuhkan kerjasama yang saling mendukung antar pihak, sehingga kita semua harus ikut berpartisipasi dalam mencapai tujuan pertanian yang berkelanjutan.  


DAFTAR PUSTAKA
Alihamsyah,T.2005. Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Usaha Pertanian. Banjarbaru:Balittra
Kosman.2002.Potensi Usaha Tani di Lahan Rawa Lebak.Badan Litbang, Jakarta
Reijntjes, Coen, dkk.1999.Pertanian Masa Depan. Yogyakarta:Kanisius
Salikin, Karwan A.2003.Sistem Pertanian Berkelanjutan.Yogyakarta:Kanisius
Sutanto, Rahman.2002.Pertanian Organik. Yogyakarta:Kanisius

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management